Selamat Datang di A+ Holy Store

Sabtu, 29 November 2014

KEMALASAN MENGHALANGI BERKAT TUHAN


Yosua 18:1-10
Dari ayat firman Tuhan yang kita baca dinyatakan bahwa masih ada tujuh suku di antara orang Israel yang belum mendapatkan bagian milik pusaka atau warisan (ayat 2), padahal Tuhan telah memberikan Kanaan secara penuh kepada bangsa Israel. Mengapa hal ini bisa terjadi? Yosua dengan tegas menegur mereka, "Berapa lama lagi kamu bermalas-malas, sehingga tidak pergi menduduki negeri yang telah diberikan kepadamu oleh Tuhan, Allah nenek moyangmu?" Ternyata yang menjadi penyebab utama mengapa mereka (tujuh suku Israel) belum mendapatkan bagian warisan adalah karena kemalasan mereka sendiri. Sementara, suku-suku lain sudah mendapatkan bagian warisan. Berarti ada suku-suku Israel yang rajin, tekun dan setia, namun ada pula suku yang bermalas-malasan.
  
Berbicara tentang rasa malas, hampir semua orang pernah mengalaminya, bahkan sifat malas ini sudah menyerang kehidupan orang-orang percaya. Banyak bangku di gereja yang kosong karena jemaat mulai malas beribadah. Bagaimana kita bisa menikmati Kanaan (janji Tuhan) sepenuhnya bila kita masih memelihara kemalasan dalam hidup ini? Tidak ada kamusnya orang yang malas akan menikmati hasil panen. Orang-orang yang berhasil dalam hidupnya adalah orang-orang yang rajin dan tekun, bukan pemalas.
  
Banyak ayat dalam Alkitab yang memperingatkan agar kita keluar dari zona nyaman ini. Tertulis: "Tangan orang rajin memegang kekuasaan, tetapi kemalasan mengakibatkan kerja paksa." (Amsal 12:24); "Oleh karena kemalasan runtuhlah atap, dan oleh karena kelambanan tangan bocorlah rumah." (Pengkotbah 10:18). Mungkin kita bertanya dalam hati, "Mengapa dia lebih diberkati? Mengapa dia dipakai Tuhan secara luar biasa, sedangkan aku tidak?" Banyak orang Kristen yang telah mendapatkan Kanaan (menikmati berkat Tuhan) karena mereka mau bayar harga, tetapi tidak sedikit dari kita yang tidak mendapatkan bagian apa-apa karena kita sendiri yang malas: malas bersaat teduh, malas baca Alkitab, malas melayani Tuhan. 'Kanaan' berbicara tentang janji-janji Tuhan atau berkat yang disediakan Tuhan bagi anak-anakNya, dan untuk meraih semua itu kita harus bertindak dengan iman dan berusaha untuk merebutnya.

“Kalau kita tetap malas, sampai kapan pun 'Kanaan'
akan menjauh dari hidup kita.” 

http://www.kristuspencipta.com

Kamis, 13 November 2014

14 November : Santo Yosef Maria Pignatelli, Pengaku Iman


Yosef Maria Pignatelli lahir di Saragossa, Spanyol pada tahun 1737. Anak bangsawan tinggi Spanyol ini mempunyai bakat-bakat ketabahan dan tahan uji yang kemudian terbukti di dalam peristiwa-peristiwa pahit yang dihadapinya. Ketika berusia 16 tahun, ia masuk Serikat Yesus di Tarragona dan kemudian ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1763. Sebagai imam ia ditugaskan berkarya di antara orang-orang miskin di Saragossa, kota kelahirannya.
Peristiwa pahit pertama yang dihadapinya sebagai seorang imam Yesuit ialah peristiwa pengusiran imam-imam Yesuit dari negeri Spanyol oleh Raja Charles III pada tahun 1767. Bersama rekan-rekannya, Yosef terpaksa menyingkir ke kota Corsica. Tak lama kemudian di Corsica pun mereka diusir lagi oleh bangsa Prancis yang menguasai daerah itu, Dari Corsica mereka pergi dan tinggal di Ferrara, Italia. Rupanya cobaan belum juga selesai karena suatu sebab, Paus Klemens XIV (1769-1774) membubarkan serikat itu dan kemudian mengawamkan semua anggotanya.
Sementara itu selama 20 tahun Yosef sendiri tinggal di Bologna dan dari sana ia menolong rekan-rekan Yesuitnya yang kurang beruntung di pengasingan. Sementara itu muncullah angin baik di Rusia. Ratu Katerina melarang penyebaran surat yang berisi ancaman penindasan terhadap imam-imam Yesuit di negerinya. Maka di Rusia, Serikat Yesus dapat hidup dengan aman dan dapat melaksanakan tugas misionernya dengan baik. Pada tahun 1792 Pangeran dari Parma mengundang 3 orang imam Yesuit dari Italia dan meminta mereka mendirikan serikatnya di sana. Hal ini didukung pula oleh Sri Paus Pius VI (1775-1799).
Yosef Pignatelli sendiri bertindak sebagai Superior Serikat. Maka sejak saat itu Serikat Yesus mulai hidup lagi, dan masuk ke Italia lagi. Sebagai langkah pertama pada tahun 1799, Yosef Pignatelli membuka novisiatnya di Colorno. Lalu pada tahun 1801, ia sendiri menyaksikan peristiwa pengesahan berdirinya kembali Serikat Yesus di Propinsi Rusia oleh Paus Pius VII (1800-1823). Dengan usaha keras ia membangun kembali Serikat Yesus di Kerajaan Napoli pada tahun 1804. Ia sendiri bertindak sebagai Provinsialnya. Sayang bahwa Provinsi Yesuit baru ini ditindas kembali oleh bangsa Prancis hingga tenggelam. Lalu Yosef pergi ke Roma, dan di sana ditunjuk sebagai Provinsial seluruh Italia.
Dari sana ia berusaha membaharui Serikat Yesus yang ada di Sardinia dan melindunginya dari jajahan bangsa Prancis. Walaupun Serikat Yesus belum dapat berdiri kokoh secara penuh sampai tahun 1814, namun sesudah wafatnya di Roma pada tanggal 11 Nopember 1811, Paus Pius XII (1939-1958) menyatakannya sebagai 'kudus' pada tahun 1954. Dia disebut tokoh 'Pembangun kembali Serikat Yesus'. Yosef Maria Pignatelli suka bekerja di kalangan kaum miskin; ia sangat baik hati, rendah hati serta halus perasaannya. Dalam imannya yang kokoh akan penyelenggaraan Allah, ia dengan teguh dan tabah menghadapi semua kemelut yang melanda serikatnya. Banyak orang mencintainya karena kepribadiannya itu.

Rabu, 12 November 2014

12 November : peringatan wajib St.Yosafat




Santo Yosafat Kunzewich, Uskup dan Martir

Rusia Pada tahun 1600, seorang pemuda berusia 16 tahun dikirim orangtuanya ke kota Wilma, barat laut kota Minak, Rusia, untuk dididik dalam ilmu perdagangan. Pemuda itu adalah Yohanes Kunzewich. Ia rajin belajar dan bekerja; namun sementara itu cepat sekali ia menyadari bahwa bakatnya bukan di bidang perdagangan. Ia sebaliknya lebih tertarik pada hal-hal kerohanian.

Di kota besar itu ia menyaksikan keadaan Gereja Rusia yang kacau balau, oleh pengaruh skisma yang timbul di kalangan umatnya. Umat memutuskan hubungannya dengan Gereja Roma dan tidak lagi mengakui Paus sebagai pemimpin tertinggi Gereja. Tak sukar baginya untuk memilih mana Gereja yang sebenarnya menurut kehendak Kristus. Ia yakin bahwa kebenaran dan cintakasih Kristen tidak ditemukan di dalam cara-cara kekerasan, tipu muslihat dan fitnah sebagaimana terlihat di dalam Gereja Ortodoks. Hidup rohaninya mulai berkembang terlebih dengan turut-sertanya ia di dalam kegiatan-kegiatan liturgi sebagai lektor atau penyanyi. Tidak ada upacara di gereja Tritunggal Mahakudus yang diabaikannya.

Pada tahun 1604 ia masuk biara Tritunggal Mahakudus dan menerima nama baru yaitu Yosafat. Jumlah calon di biara itu kurang sekali; tiga tahun lamanya ia sendiri saja, bersama pemimpin biara, yang bergelar Archimandret. Namun tujuan hidupnya jelas nyata yaitu: bertapa, berdoa dan bermeditasi, serta bermatiraga untuk memohon dari Tuhan persatuan Gereja Ortodoks dengan Gereja Roma dalam kandang kebenaran.

Pada tahun 1609 ia ditahbiskan menjadi imam; delapan tahun kemudian ia menjadi Uskup Polotsk. Yosafat ternyata seorang uskup yang saleh dan keras terhadap dirinya sendiri, tapi murah hati terhadap sesamanya. Ia seorang rasul yang rajin, terutama giat dalam usaha untuk menciptakan persatuan Gereja. Hasilnya nyata: Rusia Putih kembali kepada ikatan cintakasih Kristus di bawah pimpinan wakilnya, Sri Paus di Roma. Banyak orang memusuhi dia karena iri hati terhadap semua usahanya itu. Meskipun demikian ia tidak takut. Ia bersedia mempertaruhkan nyawanya demi cita-citanya mempersatukan Gereja.

Pada bulan Oktober 1623, ia pergi ke kota Witebesk, benteng orang skismatik dengan maksud menyampaikan kotbah yang jelas mengenai persatuan Gereja Kristus. Sementara itu musuh-musuhnya tetap mencari jalan untuk membunuhnya. Pada tanggal 12 Nopember sesudah Misa, beberapa penjahat masuk ke dalam kediamannya dan secara kejam menyerang dan membunuh pelayan-pelayannya. Uskup saleh ini tampil ke depan dan dengan berani mengatakan: "Aku inilah yang kamu cari. Mengapa kamu membunuh pelayan-pelayanku yang tak bersalah ini?" Yosafat kemudian dibunuh juga dan jenazahnya dibuang ke dalam sungai Dvina.

Kemartirannya membuka mata banyak orang skismatik yang kemudian bertobat dan bersatu dengan Gereja Roma yang benar. Di antaranya ada seorang Uskup Agung Ortodoks, pemimpin kaum oposisi.



Santo Nilus dari Sinai, Rahib dan Pengaku Iman

Nilus hidup pada pertengahan abad ke-4 di Konstantinopel. Pegawai tinggi kaisar ini telah berumah tangga dan diberkati Allah dengan dua orang anak. Tetapi lama kelamaan timbullah dalam hatinya hasrat untuk menjalani hidup sebagai rahib di tempat yang sunyi demi pengabdian yang total kepada Allah. Isterinya menyetujui perceraian mereka dengan syarat putera sulung mereka tetap tinggal mendampinginya. Demikianlah Nilus bersama Teodulus anaknya yang bungsu berangkat ke padang gurun Sinai, dan menetap di sana sebagai rahib. Rencana hidupnya dapat diringkas sebagai berikut: memuji Allah dengan perkataan, mengabdi kepadaNya dengan perbuatan, dan berbakti kepadaNya dengan pikirannya.

Hidupnya yang suci serta aman-tenteram itu pada suatu hari diganggu oleh serangan gerombolan penjahat orang-orang Arab. Banyak rahib dibunuh. Nilus dapat menyelamatkan dirinya, akan tetapi puteranya ditangkap dan ditawan sebagai budak.

Sesudah menguburkan jenazah teman-temannya, Nilus pun berusaha mencari Teodulus. Namun ia tidak berhasil menemukannya. Pada suatu hari secara kebetulan ia mendengar bahwa anaknya itu menjadi budak belian di Eleusa, sebuah kota dekat Birseba. Ia pun berangkat ke sana tanpa mengantongi uang sesen pun sebagai penebus Teodulus. Tidaklah mungkin ia dapat menebus anaknya itu. Baginya hanya tinggal satu kemungkinan yaitu menghadap Uskup Eleusa dan menceritakan kepadanya segala sesuatu yang telah terjadi atas dirinya. Atas bantuan uskup itu Teodulus dapat ditebus. Kemudian karena kepandaian serta kesalehan Nilus dan Teodulus, mereka ditahbiskan menjadi imam. Mereka kemudian pulang ke Sinai untuk kembali menjalani hidup tapa mereka di Sana. Nilus meninggal dunia pada tahun 430 di gunung Sinai.

Selasa, 11 November 2014

KALENDER LITURGI : BULAN NOVEMBER 2014




SaTe : Natal yang Menyusup

Syukur kepada Allah karena karunia-
Nya yang tak terkatakan itu! —2
Korintus 9:15

Saya menyukai Natal. Perayaan hari kelahiran Kristus dan suasananya yang indah dan mengagumkan membuat Natal menjadi “saat terindah di sepanjang tahun” bagi saya. Namun belakangan ini, suasana indah itu disertai dengan rasa jengkel yang makin menjadi-jadi. Setiap tahun “pernak-pernik Natal” muncul semakin awal— perlahan-lahan menyusup dari awal musim gugur.
Masa Natal biasanya hanya dirasakan pada bulan Desember, tetapi kini kita mendengar lagu Natal diputar stasiun-stasiun radio sejak awal November. Toko-toko mulai mengiklankan promosi spesial Natal dibulan Oktober, dan permen Natal dijual sejak akhir September. Jika kita tidak berhati-hati, semua kehebohan yang datang bertubi-tubi itu dapat membuat kita mati rasa—bahkan hati kita dapat dipenuhi rasa jengkel di tengah suasana yang seharusnya membangkitkan ucapan syukur dan kekaguman kita.
Ketika rasa jengkel tersebut mulai menguasai jiwa saya, saya berusaha melakukan satu hal: Mengingat. Saya mengingatkan diri saya akan makna Natal yang sejati, siapa diri Yesus, dan mengapa Dia lahir. Saya mengingat kasih dan anugerah Allah yang Maha Pengampun yang telah mengirimkan pertolongan bagi kita dalam diri Anak-Nya. Saya mengingat bahwa, pada akhirnya, hanya satu pemberian yang benar-benar berarti —“karunia [Allah] yang tak terkatakan itu!” (2Kor. 9:15).
Saya mengingat bahwa keselamatan yang diberikan melalui kedatangan Kristus merupakan pemberian yang tidak dapat dipisahkan dari Allah yang memberikan keselamatan itu
Yesus adalah hidup kita untuk sepanjang tahun, dan Dialah keajaiban yang terbesar.
“Datang dan sembah Dia!”
Ya Allah yang hidup, aku bersyukur kepada-Mu atas Putra-Mu sebagai karuniang yang tak terkatakan. Dekatkan hatiku kepada hati-Mu, sehingga ibadahku dan ucapan syukurku atas Putra-Mu takkan pernah pudar oleh tawaran-tawaran dunia di sekelilingku.

Yesus adalah hidup kita untuk
sepanjang tahun.

 santapanrohani.org/2014/11/13/natal-yang-menyusup/

Saat Teduh (SaTe)

SaTe (Saat Teduh)



Apa itu saat teduh?
Saat teduh adalah saat dimana kita hanya berdua saja dengan Tuhan dimana kita dapat berinteraksi dengan Tuhan dan merenungkan Firman-Nya. Dari namanya (Saat Teduh), kita dapat mengetahui bahwa waktu saat teduh adalah waktu dimana hati kita dapat tenang berdua saja dengan Tuhan.

Apa saja yang dilakukan pada waktu saat teduh?
Ada banyak hal yang dapat dilakukan waktu saat teduh. Kita bisa berdoa, bernyanyi bagi Tuhan, membaca Firman Tuhan, membaca renungan, dll. Namun biasanya di dalam saat teduh ada firman Tuhan yang masuk ke dalam hati dan pikiran kita karena Tuhan biasanya
berbicara melalui Firman-Nya. Tidak heran kita dapat melihat begitu banyak renungan harian yang berisi bahan untuk kita melakukan saat teduh dan dewasa ini saat teduh sangat identik dengan renungan harian.

Kapan waktu saat teduh yang paling baik?
Saat teduh dilakukan setiap hari karena Tuhan mau berbicara kepada kita setiap hari, waktu yang paling baik biasanya adalah pada pagi hari sebelum kita memulai aktivitas karena di pagi hari biasanya kiuta belum banyak
memikirkan hal yang lain sehingga kita bisa fokus kepada Tuhan. Di pagi hari juga Tuhan mau berbicara kepada kita terlebih dahulu sebelum kita memulai aktivitas kita. Namun sebenarnya saat teduh sebaiknya dilakukan di waktu terbaik yang kita punya dimana kita
dapat fokus dan tenang.

Kenapa ya untuk saat teduh sepertinya sulit sekali?
Memang untuk dapat memulai saat teduh, apalagi untuk setia bersaat teduh setiap hari tidaklah mudah. Diperlukan usaha dan kasih karunia agar kita dapat setia melakukan saat teduh ini. Tipsnya adalah kita dapat membentuk kelompok kecil dengan saudara seaman dimana di dalam kelompok ini dapat saling menguatkan dan saling mengingatkan tentang saat teduh ini. Tidak perlu malu jika saat teduh masih bolong – bolong. Jangan pernah menyerah jika sudah sekian lama kita masih saja suka bolong – bolong saat teduhnya. Iblis memang tidak suka anak Tuhan melakukan saat teduh karena iblis tidak mau kita bisa lebih dekat kepada Tuhan, oleh karena itu pasti akan selalu ada godaan
untuk tidak melakukan saat teduh.

 www.tanyaalkitab.com/2013/10/saat-teduh-sate.html?m=1